---
“Kamu tidak apa-apa?” Ibu langsung menyambar David di ambang begitu menyadari ada hal tidak beres yang terjadi–David tidak mengenakan seragam sekolahnya dan pulang bersama Ayah. Ibu memandangi Ayah, berharap keajaiban terdengar dari mulut yang telah sekian tahun diam. Tetapi jika Ayah pun tahu, demi Tuhan yang dipercayai umat beragama, ia tidak akan mengatakan apa-apa. Rasa bersalah telah membungkam mulut itu erat-erat sejak pemecatan di pabrik. Tanpa balas menatap, Ayah meninggali keduanya masuk ke dalam rumah. Ibu lekas menggulung kekhawatirannya, menyembunyikannya di sudut hati agar tak terlihat. Ia mencium David di atas kepala.
“Mandilah.” Kata Ibu
dengan bibir sedikit bergetar. “Bersihkan dirimu.
Mata biru keduanya bertemu. Saling
menyematkan ketenangan yang begitu hangat hingga mampu membangunkan senyum dari
bibir yang tadinya gentar. Tidak ada hal buruk yang akan terjadi selama kami
bersama. Ibu mengelus pipi David yang tercoreng tanah dengan ibu jarinya.
“Setelah itu bantu Ibu menyiapkan makan siang
hari ini. Oke?"
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar