[Movie Review] Keramat 2: Caruban Larang

 



Judul: Keramat 2: Caruban Larang

Sutradara: Monty Tiwa

Pemain: Lutesha, Keanu Angelo, Umay Shahab, Ajil Ditto, Arla Ailani, Josephine Firmstone, Maura Gabrielle

Genre: Horror

Durasi: 94 menit

Tahun Rilis: 2022

Platform OTT: -



"Pembuatan konten YuTupe dan film dokumenter atas riset skripsi tiga mahasiswa tari berubah menjadi bencana ketika sebuah larangan dilanggar."



Tepat tiga belas tahun setelah perilisannya dan dinobatkan sebagai salah satu film horor terseram Indonesia sepanjang masa oleh berbagai kalangan, Keramat (Monty Tiwa, 2009) akhirnya mendapatkan sebuah sekuel. Kembali diarahkan sang sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, Rompis), film lanjutan yang diberi judul Keramat 2: Caruban Larang ini dibantutuliskan oleh Azzam Fi Rullah dan Sergius Susanto.


Keramat 2: Caruban Larang memiliki cerita lebih kompleks dibandingkan film pertamanya. Tidak seperti film terdahulu dimana karakter-karakternya memiliki satu tujuan: menyelesaikan pembuatan film, Keramat 2: Caruban Larang digerakkan motivasi karakter yang berbeda-beda meski masih bersinggungan. Hal ini tentu saja berdampak pada warna penceritaan film, meski sayangnya trio penulis Monty-Azzam-Sergius tidak mengakomodir secara benar dan Keramat 2: Caruban Larang justru diisi konflik tidak masuk akal. Rencana perjalanan dua minggu tidak didiskusikan bersama secara matang?


Entah benar atau tidak bahwa film ini tidak memiliki skenario melainkan para pemain hanya diberikan gambaran besar cerita, yang pasti hal ini memberi andil pada ketimpangan dan ketidakkonsistenan penceritaan Keramat 2: Caruban Larang. Pertama, motivasi karakter Ute (Lutesha) saat memutuskan menemui kembali sahabatnya* bertolak belakang dengan tindakannya. Dan kedua, peranan kotak yang konon dilarang untuk dibuka* dan disebut-sebut sebagai kesalahan fatal ternyata tidak berkorelasi langsung dengan teror yang terjadi. Bahkan setelah menonton habis filmnya, promo film Keramat 2: Caruban Larang yang menampilkan tujuh orang hilang di selebaran menjadi sesuatu yang salah. Gebrakan ketiga penulis dalam menambahkan sedikit unsur misteri untuk menambah daya tarik film pun tidak bisa dibilang berhasil karena misterinya sendiri tidak terasa mendesak ataupun kuat.


Mengenai cara menakut-nakuti, Keramat 2: Caruban Larang masih memiliki momen menyeramkan meski seringkali penampakannya terasa terlalu heboh, tidak seperti pendahulunya yang sederhana tetapi efektif. Di sini jelas Keramat 2: Caruban Larang ingin sekali tampil lebih ‘meriah’ tetapi justru berakhir kehilangan sentuhan lama. Padahal hal-hal seperti tangisan samar-samar seorang perempuan, dan kemunculan sekelebat wanita berkain jarik serta pocong sudah terbukti ampuh mengumbar ketakutan. Tidak ada adegan seram di film Keramat 2: Caruban Larang yang benar-benar membekas apalagi menandingi kengerian film pertamanya. Oh, mungkin ada satu: La ilaha illallah. Ada tribut kemunculan suster ngesot film Jelangkung (Rizal Mantovani & Jose Poernomo, 2001) di salah satu adegan film ini.


Poin yang sangat membantu Keramat 2: Caruban Larang kembali ke jalurnya dan menjadi jauh lebih menarik adalah kehadiran elemen-elemen* film pertamanya, yang karenanya menjadikan Keramat 2: Caruban Larang di satu sisi terasa benar, layak dan emosional.


Jika kau meragukan kehadiran Keanu Angelo di film Keramat 2: Caruban Larang, ia bermain meyakinkan, apalagi ditambah fakta ia kerap diminta memberikan improvisasi mendesak oleh sang sutradara. Rasa-rasanya tidak semua (aktor) bisa melakukan hal serupa sebaik dirinya.



MOOMETER 🐄

Keramat 2: Caruban Larang memberi jawaban memuaskan nan emosional atas pertanyaan-pertanyaan yang diam-diam tersimpan di benak penonton film pertamanya. Selebihnya, meski masih menyimpan beberapa momen-momen menyeramkan, Keramat 2: Caruban Larang terasa timpang, tidak konsisten dan hanya menumpang nama salah satu film horor Indonesia terseram sepanjang masa. (🎬 3 / 5)





*SPOILER

Diceritakan karakter Ute menemui kembali Keanu dan Ajil dikarenakan ia mendapat firasat buruk. Jika memang demikian, motivasi Ute membantu Arla dan teman-temannya melakukan ritual komunikasi dengan sang penari yang hilang dan menyeberang ke dunia lain perlu dipertanyakan. Karena dua hal itulah yang justru membawa orang-orang ini dalam bahaya.


Kotak yang konon dilarang untuk dibuka nyatanya tidak sekeramat itu (di trailer disebut sebagai ‘kesalahan fatal’). Ini terbukti dari tidak adanya kejadian menyeramkan yang benar-benar terjadi setelah kotak dibuka, melainkan perbuatan-perbuatan lain karakterlah yang memancing kemunculan teror. Entah itu berupa keisengan bermain jelangkung, melakukan ritual tari, ataupun secara sukarela mendatangi dunia lain. Begitupun, sikap penjaga rumah (Ence Bagus) yang sebelumnya bersikeras melarang membuka kotak itu tetapi kemudian justru secara sukarela memberi keterangan terkait barang-barang di dalam kotak bukannya memarahi dan mengusir mereka yang jelas-jelas sudah melanggar aturan pun patut dipertanyakan.


Kehadiran empat pemeran film pendahulunya, Poppy Sovia, Migi Parahita, Sadha Triyudha, dan Miea Kusuma adalah sebuah kejutan yang sangat mencuri perhatian! Keramat 2: Caruban Larang secara memuaskan berhasil menjawab pertanyaan penonton perihal nasib kru-kru film pertama.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages