Judul: Perempuan Bergaun Merah
Sutradara: William Chandra
Pemain: Tatjana Saphira, Refal Hady, Dayu Wijanto, Stella Cornelia, Faradina Mufti, Ibrahim Risyad, Jordy Rizkyanda, Aufa Assagaf, Dewi Pakis
Genre: Horror
Durasi: 91 menit
Tahun Rilis: 2022
Platform OTT: -
"Kabar hilangnya seorang perempuan bergaun merah melahirkan teror mematikan bagi teman-teman yang ditinggalkan."
Lagi, setelah Qodrat karya Charles Gozali dirilis minggu lalu, sebuah tayangan horor baru kembali menambah daftar rentetan film seram di layar lebar. Datang dari Frontier Pictures rumah produksi milik Timo Tjahjanto (Sebelum Iblis Menjemput, 2018) yang bekerja sama dengan Rapi Films dan Legacy Pictures, film berjudul Perempuan Bergaun Merah pun bergentayangan.
Disutradarai William Chandra (Sekte, 2019), Perempuan Bergaun Merah sebenarnya punya premis menarik. Meski plot twist pinjaman dari salah satu film horor legendaris Jepang-nya (dan plot twist lain yang ditawarkan film ini) begitu mudah ditebak, Perempuan Bergaun Merah bisa tetap menjadi tontonan menarik dengan gabungan style ala Sebelum Iblis Menjemput seandainya digarap lebih matang. Namun, tampaknya potensi ini sengaja tidak digali lebih jauh dengan maksud memberi presentasi berbeda dari film besutan Timo Tjahjanto tahun 2018 silam itu. Jika ingin dibandingkan, Perempuan Bergaun Merah jauh lebih kalem tanpa jumpscare gila-gilaan sehingga tampil tak se-‘seru’ Sebelum Iblis Menjemput meskipun faktanya film ini memiliki momen-momen mendukung untuk mendapat treatment serupa.
Perempuan Bergaun Merah sempat berhasil memberi kesan misterius dan menyeramkan di babak pertamanya, serta pesan miras bisa menjadi awal hal-hal terduga yang disisipkan dengan baik. Tetapi sayangnya daya tarik film ini segera tergerus oleh petunjuk keberadaan sosok Kara (Stella Cornelia) yang terlalu ‘blak-blakan’ di awal film sehingga meninggalkan kesan lambat pada alur penceritaan. Belum lagi dialog-dialog yang semakin ke belakang terasa cenderung berulang seolah William Chandra yang juga merangkap sebagai penulis naskah kehabisan ide dalam menyampaikan gagasan tokoh-tokohnya, adanya penggunaan CGI wajah yang mengganggu, serta inkonsistensi minor antara adegan lift yang kita lihat dan rekaman CCTV yang kemudian beredar.
Pengambilan inspirasi plot twist yang tampak hanya mencomot dari film lain tanpa dilakukan pengembangan dan pemikiran lebih jauh bukannya mengundang kekaguman melainkan pertanyaan*. Paparan plot twist tambahan setelahnya pun tak membuat film ini tampil lebih baik karena terasa dibuat-buat, sok keren, dan tidak penting.
Beruntung, performa Perempuan Bergaun Merah cukup terbantukan oleh akting para pemainnya yang tidak mengecewakan. Pengarahan William Chandra di beberapa bagian (terutama saat ritual) yang terasa cukup menarik dan istimewa serta sedikit mengingatkan pada video kutukan Sadako di film Ringu (Hideo Nakata, 1998) patut diapresiasi. Adegan kematian karakter yang cukup membuat tak nyaman, selingan humor yang melibatkan aktor cilik di film ini (aku tidak menemukan datanya di Wikipedia, IMDB ataupun filmindonesia.or.id), sampai kepada keputusan-keputusan seperti mengulik proses kremasi, turut bahu-membahu menjadikan film ini masih layak dijadikan selingan. Oh, penampilan Tatjana Saphira di sini jauh lebih baik dari Chelsea Islan di Sebelum Iblis Menjemput. (🎬 3 / 5)
— *SPOILER —
Keberadaan rembesan air di plafon apartemen milik Kara dan ibunya pada babak akhir Perempuan Bergaun Merah perlu dipertanyakan. Hal ini berbeda dengan Dark Water (Hideo Nakata, 2002) yang darinyalah twist tangki air ini diambil. Dalam film itu, Yoshihiro Nakamura dan Kenichi Suzuki selaku penulis naskah Dark Water yang diadaptasi dari cerita pendek Suzuki Koji punya alasan jelas mengapa ada rembesan air di plafon apartemen karakternya, yaitu karena ada satu kamar di atasnya yang tergenang air selama berhari-hari. Sementara di film Perempuan Bergaun Merah, aparteman karakternya berbatasan dengan rooftop dan tidak terlihat ada genangan air yang berarti ketika para tokoh berada di atas sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar