[Movie Review] Noktah Merah Perkawinan

 



Judul: Noktah Merah Perkawinan

Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie 

Pemain: Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara Aisha, Ayu Azhari, Nazira C. Noer, Jadean Ocean, Alleyra Fakhira, Roy Sungkono, Ratna Riantiarno, Nungki Kusumastuti

Genre: Drama

Durasi: 119 menit

Tahun Rilis: 2022

Platform OTT: -



"Belum sempat memperbaiki hubungan setelah mengalami pertengkaran hebat, sepasang suami-istri kedatangan orang ketiga."



Setelah serial Jadi Pocong karya H. Mandra, kini giliran sinetron 90-an Noktah Merah Perkawinan mendapat kesempatan diadaptasi ke layar lebar. Diberi judul sama dengan serial TV-nya, Noktah Merah Perkawinan disutradarai Sabrina Rochelle Kalangie penerima nominasi Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana Terpilih Piala Maya 2019 melalui film Terlalu Tampan adaptasi serial webtoon.


Mengambil tema pernikahan dan orang ketiga, Noktah Merah Perkawinan tersaji cukup berbeda dari film-film sejenis. Film justru dibuka dengan penampilan orang ketiganya, Yulinar diperankan Sheila Dara Aisha. Diikuti penampakan taman belakang rumah milik Ambarwati (Marsha Timothy) dan Gilang Priambodo (Oka Antara) yang layu dan ditumbuhi rumput-rumput liar, jelas menunjukkan keadaan keluarga yang sudah tidak baik-baik saja. Ya, sejak awal kita tidak diberi kesempatan melihat keharmonisan hubungan di antara keduanya seolah diajak melihat dari perspektif seorang Ambar yang sudah lupa bagaimana ia jatuh cinta dengan Gilang suaminya pertama kali. Apa iya pernikahan ini layak diselamatkan?


Sempat ada pemikiran Noktah Merah Perkawinan akan berakhir menjadi film perselingkuhan serupa web series Layangan Putus (Benni Setiawan) yang awal tahun lalu menyita perhatian. Alih-alih, Nokta Merah Perkawinan menitikberatkan ceritanya pada hal paling krusial dalam sebuah hubungan: komunikasi antar pasangan.


Kekacauan dalam filmnya digambarkan tidak semata hanya kesalahan sebelah pihak saja. Setiap karakter punya andil memperkeruh suasana, yang karenanya film ini berkesempatan menjadi sebuah ‘perjalanan’ introspeksi diri bagi karakter-karakternya yang abu-abu. Menariknya, karakter (paling) utama Ambarwati adalah karakter paling berat dan panjang perjalanan perbaikan dirinya. Saking beratnya, sampai-sampai melalui satu kejadian salah seorang terdekatnya perlu mengingatkannya.


Didukung dari naskah garapan Titien Wattimena bersama sang sutradara, Noktah Merah Perkawinan memungkinkan kita melihat dari berbagai sudut pandang. Keduanya menyisipkan ruang sehingga karakter-karakternya tidak tampil dua dimensi terlebih Yulinar yang biasanya hanya dianggap tempelan. Hasilnya, perasaan simpati bahwa setiap orang pantas diperlakukan lebih baik muncul sebelum akhirnya ditampar perpaduan sikap banyak menuntut, tidak tegas, dan intervensi tokoh-tokohnya. Kehadiran anak sebagai korban sekaligus yang berpotensi sebagai perekat keretakan hubungan di film ini pun menambah daftar perih akibat dari hal sederhana bernama miskomunikasi dan mengingatkan kita betapa penting bersikap dan bicara lebih bijaksana.


Penampilan Marsha Timothy dalam menghidupkan karakter Ambarwati di film ini memang gemilang kelas A, tetapi karakter Gilang Priambodo milik Oka Antara-lah yang mencuri perhatian saya. Noktah Merah Perkawinan berhasil menghapus stereotip pria pasti lebih kuat dan pria selalu menggunakan logika ketimbang perasaan. Tanpa malu-malu, film ini mengupas sisi rapuh seorang pria dan bahwa pria masih bagian dari manusia yang berperasaan. Melihat bagaimana ini dieksekusi dengan baik, rasanya saya siap jika ada spin-off Noktah Merah Perkawinan yang menampilkan sisi lain karakter Kemal (Roy Sungkono).


Pada akhirnya, selama durasinya yang hampir dua jam Noktah Merah Perkawinan berhasil memberikan catatan emosional perihal menjalin hubungan terlebih berumah tangga. Perlu ditonton satu keluarga besar agar sadar diri atas andil retaknya sebuah status. Sampai saat ini, ragu aktor lain akan menampilkan karakter Gilang Priambodo sekuat performa Oka Antara. (🎬 4 / 5)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages