[Review] Kemasukan Setan

Directed by Muhammad Yusuf

Setelah dua tahun mencari-cari setan di berbagai tempat dan tak kunjung dapat, Eddy Arwana (Aldi Taher) akhirnya memutuskan untuk berbuat hal nekat. Ia hendak memanggil mereka yang tak kasat mata dengan satu ritual gila. Kini setan mendatangi, dan merasuk.

---


‘Kemasukan Setan’ adalah film keempat sutradara Muhammad Yusuf setelah sebelumnya membesut ’Jinx‘ (2010), Tebus (2011), dan ‘The Witness‘ (2012).

Berbeda genre dari film terakhirnya–The Witness–yang merupakan sebuah drama-thriller, kali ini Muhammad Yusuf mengusung horror. Ditulis oleh dirinya sendiri, Muhammad Yusuf menawarkan satu cerita non-pornografi mengenai seorang pria yang ingin sekali menatap setan dan akan melakukan apapun untuk bisa.

Film dibuka dengan gelap oleh seorang pria yang ingin melakukan bunuh diri dengan menggunakan pisau. Diselingi dengan kemunculan tulisan-tulisan mengenai siapa yang terlibat dalam pembuatan film tersebut beserta sound yang mencekam di setiap potongan scene-nya, ‘Kemasukan Setan’ terlihat siap untuk merasuki penonton.

Dari segi cerita ‘Kemasukan Setan’ tidak menawarkan sesuatu yang baru. Seperti halnya ‘Jelangkung’ oleh Rizal Mantovani dan Jose Poernomo, film ini juga seperti itu; ingin menjumpai hantu namun tak kunjung kesampaian hingga akhirnya mereka melakukan sesuatu yang salah. Bedanya, ‘Kemasukan Setan’ memiliki satu ‘sentakan’ cerita di akhir yang membuatnya jadi tak biasa.

Di bagian awal, alur cerita ‘Kemasukan Setan’ berjalan dengan sangat baik dan masuk akal. Kita akan dijejali dokumentasi rasa-penasaran seorang Eddy di berbagai tempat hingga masalah yang perlahan dibangun saat ia mulai memutuskan untuk membongkar satu kuburan di pedalaman. Hingga pada akhirnya kita sampai di tengah cerita dan menemukan beberapa pertanyaan. Sengaja atau tidak, cerita berjalan kurang jelas di beberapa titik, seperti: bagaimana lampu rumah itu tiba-tiba mati terlebih dulu ketika perayaan ulang tahun padahal sebelumnya adalah hidup, serta kapan dan berapa jumlah para tamu di rumah itu yang menyelinap ke dalam kamar. Kurang ada penjelasan di sini bagaimananya, yang anehnya itu justru menambah nilai positif di aspek lain–selain ketidakjelasan. You will see.

Akting Aldi Taher sebagai Eddy Arwana bisa dibilang memuaskan. Ia bisa meyakinkan penonton dengan apa yang diucapkan dan diekspresikannya. Sempat di satu scene, penulis merasa aneh dengan ekspresi yang diberikan Aldi ketika ingin mencuri kain kafan di salah satu makam. Ia terlihat–begitu–takut. Bagaimana mungkin seseorang yang mencari-cari setan seorang diri kesana-kemari di malam hari bisa takut dengan sebegitunya? Penulis ingin sekali menyalahkan Muhammad Yusuf selaku penulis naskah, sampai akhirnya ekspresi itu–bagi penulis–terjawab di ujung cerita.

Penampilan Aldi yang bertelanjang dada hampir di sepanjang film sebenarnya cukup mengganggu, namun bagaimana lagi. Pertualangan panjang nan jauh yang dilalui akan membuatnya sering berkeringat–seharusnya–dan akan terlihat tidak wajar jika ia tetap menggunakan bajunya dalam keadaan seperti itu, bukan?

Yang perlu diacungi jempol dari film ini–selain kejutan di akhir–adalah musik dan sound-nya. Keduanya sangat begitu berperan penting setelah teknik pengambilan gambarnya yang tampak tak terlalu istimewa. Mereka akan sangat membantumu dalam menikmati film ini.

Di film ini sang sutradara menawarkan sebuah kejadian kerasukan yang tidak biasa, yang kebanyakan dari kita tahu bahwa kerasukan itu adalah kejadian teriak-teriak tak beraturan. Muhammad Yusuf mengubah pemikiran itu hingga menjadikannya lebih menarik. Tapi sayangnya, film ini terlalu lama dieksekusi dalam beberapa hal, hingga pada satu titik yang seharusnya terlihat hebat justru menjadi membosankan karena terlalu lama dan itu-itu saja.

Dengan pengalamannya dalam membuat film-film thriller, Muhammad Yusuf tanpa bisa dipungkiri mampu membangkitkan aura kengerian dan ketegangan dari dalam film. Ia mempermainkan penonton dengan bayangan-bayangan yang mereka ciptakan sendiri di kepala mereka tanpa harus menghadirkan sosok yang berlebihan. Sebuah film horror yang seharusnya!

Mungkin benar seperti yang dikatakan kebanyakan orang, bahwa ‘Kemasukan Setan’ akan terlihat lebih seram jika menerapkan konsep found-footage seutuhnya seperti halnya ‘Keramat’ oleh Monty Tiwa. Hanya saja perlu diingat bahwa seandainya Muhammad Yusuf melakukan itu, akan ada aspek-aspek yang hilang–yang sebelumnya kita nikmati ketika menontonnya dalam format sekarang–dan mungkin film ini akan terlihat jauh tidak real karena terlalu sibuk mencari angle yang pas. Pencampuran konsep found-footage dan film biasa dalam ‘Kemasukan Setan’ sejauh ini adalah pilihan yang bijak.

Sebagai orang yang tahu bahwa orang yang menggarap film ini adalah seorang Muhammad Yusuf–penulis sangat ketakutan ketika menyaksikan ‘The Witness’–tentu saja ada ekspektasi lebih akannya, namun nyatanya film ini hanya bisa mengantarkan pada kata ‘bagus’, tidak lebih.

---


Tags :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages