Lagi, setelah
menyajikan ‘July 29 : Birthday’ yang
bergenre horror sebagai salah satu summer
project tahun lalu -sekaligus untuk merayakan hari lahir penulis- kini
penulis kembali menghadirkan horror sebagai pembuka summer, ‘Terperangkap’.
‘Terperangkap’ merupakan
kisah horror tentang seorang wanita bernama Maya yang memiliki trauma kebakaran
di sebuah apartemen yang merenggut nyawa ibunya tujuh tahun lalu. Dan kini,
untuk memenuhi sebuah urusan dengan temannya, Indri, ia harus kembali pada
tanah apartemennya yang sudah banyak berubah –namun tidak dengan masa lalunya. Pilihan
kembali telah diambil, dan mau tak mau mimpi terburuk harus ditemui.
Selain Terperangkap, penulis
juga menyiapkan sedikitnya dua cerita bergenre berbeda yang saat ini masih
dalam proses perampungan. Doakan saja agar penulis dapat menyelesaikan semuanya
tepat waktu. Terperangkap sendiri rencananya akan di-publish pada 24 Juni 2012.
Bagi yang penasaran
dengan ‘Terperangkap’ berikut sekilas mengenai kegelapan mimpi buruk Maya :
---
Setelah
tujuh tahun akhirnya ia kembali, ke apartemen penuh asap.
Tempat itu sama sekali
berubah. Semen biasa yang tak jarang membekaskan basah karena hujan yang lolos
dari atap bocor telah diganti keramik putih yang dilap setiap pagi. Mereka
benar – benar telah merubahnya.
Di lantai lima pintu
kembali membuka. Kedua anak itu serentak keluar beriringan sambil masih
menunjukkan sikap tak ingin kalah dan saling merebut. Maya tersenyum dari
tempatnya.
“Seleraku tidak buruk
kan?”
Mata Maya langsung
terpaku pada titik kaca, pada luka yang terpampang tidak etis yang hampir ia
lewatkan. Niat awal ingin mengambil tak acuh demi sebuah kemakluman setelahnya,
namun sesuatu terjadi. Luka itu membesar, menghasilkan goretan – goretan yang
semakin mengakar. Dahi Maya mengerut, takut, lantas mundur.
Jendela itu pecah,
meledak dengan suara menggetarkan sampai - sampai membuat Maya terkejut dan
tersentak merunduk sambil melindungi kepala. Keping – keping tak teratur
berserak di lantai. Angin menyeruak masuk, menggoyang - goyang gorden yang
-tentu saja- tidak berpendirian.
Disana! Di balik
kegelapan! Ada sesuatu yang tengah berdiri mengawasi.
“Toloonggg..!!” Gagang
pintu berbentuk bulat itu diputar – putar sebisa ruangnya. Gedoran – gedoran
ingin selamat pun turun tangan.
Teriakan – teriakan
dari masa lalu, tubuh gontai hangus tak selamat. Maya menangis di depan pintu,
semakin menempelkan diri pada sisi yang sudah tidak dapat lagi dipaksakan
mundur. Wajah – wajah yang sebenarnya tak asing, namun tak terlihat karena
terkelupas bergerak semakin mendekat. Mengerumuninya hingga panas terasa
semakin gerah dan bangun adalah satu – satunya cara. Di ujung pertahanannya,
Maya menjerit dalam nyala.
“Aku setuju Ibu membeli
apartemen ini tujuh tahun yang lalu, selain karena harganya yang saat itu masih
murah -sesuai dengan selera Ibu- juga karena pemandangan sungai ini. Tenang.”
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar