[Book Review] Cursed Bunny

 



Judul Buku: Cursed Bunny

Penulis: Bora Chung

Penerbit: Penerbit Haru

Genre: Kumpulan Cerpen (Horror - Drama - Sci-Fi - Fantasy)

Tanggal Terbit: September 2022

ISBN: 978-623-5467-02-3

Tebal Halaman: 396 Halaman

Ukuran: 13 x 19 cm



“Sepuluh cerita pendek seputar kehidupan yang pahit dan absurd; kisah sesosok kepala yang berbicara di dalam kloset, seorang wanita hamil tanpa suami akibat pil kontrasepsi, hingga pertemuan seseorang dengan yang telah mati.”



Bora Chung. Namanya tiba-tiba santer di pertengahan tahun 2022 di kalangan pecinta buku terkhusus horor. Pasalnya buku pertamanya yang berjudul Cursed Bunny berhasil masuk dalam shortlist International Booker Prize 2022 bersama lima finalis lain. International Booker Prize sendiri merupakan sebuah penghargaan sastra bergengsi yang ditujukan bagi buku-buku asing terbaik yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Tak heran, masuknya nama Bora Chung ke dalam daftar dilabeli sebagai pencapaian tinggi.


Awal melihat buku Cursed Bunny, satu hal yang langsung terpikirkan adalah: sangat tebal. Berisi hampir 400 halaman atau setara (bahkan melebihi) satu buah novel, Cursed Bunny nyatanya hanya memuat 10 cerita pendek. Dengan kata lain, jika ingin dirata-ratakan, satu cerpen dalam buku Cursed Bunny diceritakan hampir sepanjang 40 halaman. Pertanyaannya, apakah jumlah halaman sebanyak ini memang diperlukan dalam memaparkan cerita-ceritanya?


Dibuka dengan cerpen berjudul Si Kepala, Cursed Bunny langsung dengan jelas menguraikan kira-kira kekurangan sekaligus kelebihan seperti apa yang bisa pembaca temukan dari keseluruhan cerita-cerita di buku ini.


Cursed Bunny kurang pandai bercerita. Pilihan kata yang digunakan di beberapa bagian bisa dibilang tidak menarik dan berulang. Paragraf yang satu terkadang terasa tidak padu dengan paragraf selanjutnya. Di beberapa kesempatan pembaca akan merasa Cursed Bunny bertele-tele dengan menggunakan bentuk kalimat yang berbeda tetapi bermakna sama yang ditempatkan dalam jarak yang berdekatan. Mungkin di sini sang penulis bermaksud ingin mempertegas makna yang diutarakan tetapi lantas ujung-ujungnya terkesan berlebihan. Meski memang di sebagian yang lain Cursed Bunny ditulis dengan baik, kerap mencengangkan, dan mengundang penasaran, tetap saja hal ini cukup mengganggu.


Plot twist atau kejadian-kejadian tak terduga adalah yang paling ditunggu dalam kisah-kisah Cursed Bunny. Bora Chung tak segan-segan menempatkan lebih dari satu kali kejadian tak terduga dalam satu cerita. Di beberapa kisah sang penulis bahkan berhasil meyakinkan bahwa cerita-cerita ini belum pernah kau dengar sebelumnya dengan penggabungan unsur seram, nyentrik, dark humor, serta dramatis. Namun, hal itu tentu saja tak berlaku bagi semua kisah-kisahnya. Ada juga yang berupa cerita usang yang coba diceritakan ulang tetapi sayangnya tak dibarengi dengan narasi yang mengigit dan tebalnya halaman pengisahan hanya memperparah keadaan, seperti pada cerita berjudul Perangkap, serta Penguasa Angin dan Pasir. Ada pula kisah berpotensi tetapi diakhiri dengan konklusi plot twist yang kurang berarti seperti Rumahku Istanaku.


Pesan-pesan yang terkandung dalam pengisahan Cursed Bunny menarik dan relevan, semisal perihal wanita single parent yang kerap dipandang sebelah mata, nasihat untuk tidak begitu saja percaya pada orang lain meskipun ia terlihat seperti ingin membantu, penelantaran anak, dampak dari melakukan dendam, hingga pembahasan tentang trauma kehidupan. Tiga cerita favoritku dalam buku Cursed Bunny ini adalah Kelinci Terkutuk, Menstruasi, dan Selamat Tinggal, Cintaku. (📚 3.5 / 5)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages