[Movie Review] Mumun

 



Judul: Mumun

Sutradara: Rizal Mantovani

Pemain: Acha Septriasa, Dimas Aditya, Volland Humonggio, H. Mandra, Atet Zakaria, Beddu, Ence Bagus, Fajar Nugra

Genre: Drama - Horror - Comedy

Durasi: 106 menit

Tahun Rilis: 2022

Platform OTT: -



"Lupa dilepas tali pocongnya, arwah seorang wanita bergentayangan di perkampungan."



Sampai dengan tulisan ini dimuat, 8 dari 15 film Indonesia terlaris tahun 2022 diisi oleh film-film horor, bahkan film KKN di Desa Penari karya Awi Suryadi yang dirilis di tahun yang sama berhasil mendapat gelar film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan total 9.233.847 penonton. Bekerja sama dengan sutradara kawakan Rizal Mantovani (Kuntilanak, Mati Suri), rumah produksi Dee Company (Makmum, Ghibah) tak mau ketinggalan. Serial TV legendaris di awal tahun 2000-an karya H. Mandra, Jadi Pocong, diadaptasi ke film layar lebar berjudul Mumun demi meramaikan pesta horor sekaligus mencoba peruntungan.


Bagi penonton setia Jadi Pocong sewaktu di layar kaca, pastilah sudah akrab bahwa acara TV tersebut bukan horor murni melainkan punya embel-embel komedi dalam penyajiannya. Tak beda dengan versi film layar lebarnya, Mumun juga membawa perpaduan genre serupa dengan nuansa drama yang kental.


Inilah faktor pembeda antara Mumun dan film horor lain yang sedang berajang di layar bioskop. Saat film lainnya menyajikan ketegangan yang tak jarang membuat lelah, Mumun memberikan tontonan horor nan menyenangkan. Meski tidak menampik tidak semua jokes-nya berhasil mengundang gelak tawa, tetapi masih bisa dikatakan Mumun berhasil dalam hal menghibur, tidak seperti film lain yang berteriak-teriak ingin menyajikan tontonan horor menyenangkan tetapi nyatanya tidak cukup berhasil.


Penampilan Acha Septriasa di film ini menjadi kunci besar kesuksesan presentasi Mumun. Bagaimana tidak? Aktris pemenang Festival Film Indonesia ini memerankan tiga tokoh sentral sekaligus. Bukan berarti pemeran ataupun elemen lain di film ini tidak penting. Sebut saja H. Mandra yang tak habis-habisnya menggelitik perut lewat tingkah kocaknya, Atet Zakaria sebagai Babe yang berkabung, Volland Humonggio sebagai Jefri sang debt collector, dan Dimas Aditya yang bermain apik. Hanya saja memang tanggung jawab Acha di sini cukup besar, dengan porsi drama mendominasi penceritaan, penonton harus dipastikan tergaet secara emosional lewat penampilan karakter utamanya. Jika gagal, Mumun hanya akan menawarkan kejenuhan diselingi parodi dan penampakan pocong.


Beruntungnya kualitas akting Acha tak perlu diragukan. Acha dengan lihai menerjemahkan penggambaran-penggambaran karakter yang ditulis Dirmawan Hatta dan H. Mandra sehingga karakter Mumun, Mimin, dan Pocong terasa begitu nyata dengan latar belakang masing-masing. Bahkan saat satu karakter yang diperankannya mati dan menjadi arwah penasaran, kita ikut bersimpati bahkan diam-diam mendukungnya membalaskan dendam. Sudut pandang seperti ini mengingatkan pada film Suzzanna: Bernafas dalam Kubur (Rocky Soraya, Anggy Umbara) di tahun 2018 silam.


Satu catatan bagi film ini: mungkin bisa memperhatikan kembali suara latar saat jumpscare-nya dimunculkan. Selebihnya, Mumun bisa dijadikan alternatif bagi siapapun yang ingin tontonan (horor) berbeda. Kapan lagi bisa merasa terhibur dan berkaca-kaca saat menonton film horor? (🎬 3.5 / 5)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages