#3

         Jerit berkeliaran, memantul-mantul dalam apartemen [the apartment] tengah kota yang sesaat berubah menjadi bangunan kematian. Cemas terpampang jelas pada seorang manusia yang masih tinggal, yang berusaha menjadi pembaca [the reader] situasi handal agar selamat lebih lama setelah sebelumnya membunuh salah satu dari ‘mereka’. Tanpa senjata (orang ini terlalu takut mengambil pisau dapurnya kembali yang menancap di leher seseorang) ia keluar dari tempat persembunyian. Ia terjebak. Suasana lengang yang semenjak tadi ia pandangi dari dalam ternyata hanya tipuan, kegilaan mengepungnya di depan sementara ia hanya sendirian [sendiri] di dalam kandang [in cage (part 1)berlumuran darah. Orang itu berbalik, mencoba berlari kembali ke tempat dimana ia sebelumnya bisa bernafas tanpa harus melihat berpasang-pasang mata merah mengerihkan. Kegilaan-kegilaan itu tentu saja takkan membiarkan ia lolos. Mereka segera mengerubungi dan membanting wajahnya hingga membuat satu-satunya manusia di apartemen itu tak sadarkan diri [blackout] dan hancur mengikuti penghuni-penghuni lain.

---
Tags : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages