[Review] Pacific Rim

Directed by Guillermo del Toro
Rating IMDB : 7.8 / 10

Seekor monster laut yang kemudian dikenal dengan sebutan Kaiju–dalam bahasa Jepang–muncul dari dasar Pasifik. Menghancurkan kota dan merenggut banyak korban jiwa. Pasukan militer mencoba menghentikannya dengan mengandalkan serangan-serangan udara helikopter, dan mereka berhasil.

Bulan-bulan berlanjut. Orang-orang bekerja seperti biasa dan matahari masih terbit dari Timur. Tak ada pemikiran tentang serangan dan kehancuran yang mungkin terjadi selanjutnya, tapi kenyataannya Kaiju muncul kembali. Perlawanan pun dilakukan.

Kemunculan Kaiju semakin lama semakin sering. Berpikir ini tidak akan ada habisnya, para pemerintah dari beberapa negara mengesampingkan masalah pribadi masing-masing untuk sebuah tujuan dunia. Menurut mereka, jika ingin mengalahkan monster, maka mereka harus menciptakan monster. Sebuah robot raksasa yang dikenal dengan sebutan Jaeger–dalam bahasa Jerman–pun dibuat.

Jaeger adalah sebuah robot raksasa yang–karena alasan khusus–dikendarai oleh dua pilot, yang mana satu di antara mereka mengendalikan bagian sisi kiri Jaeger dan satu lagi bagian kanan Jaeger. Tidaklah mudah untuk mengendarai Jaeger. Pasalnya, selain harus bisa bertarung, sang pilot juga dituntut mampu menghubungkan pikirannya dengan pilot lain. Semakin kuat hubungan pikiran mereka, semakin kuat pula Jaeger yang tercipta.

Di pertarungan-pertarungan awal, Jaeger di beberapa negara bagian berhasil memenangkan pertempuran, tapi kemudian mulai kewalahan karena Kaiju yang muncul semakin hari semakin pandai dan besar. Para Kaiju belajar. Mereka berevolusi.

---


Pacific Rim’ disutradarai oleh Guillermo del Toro yang dikenal sebagai sutradara lewat beberapa film arahannya seperti ‘Pan’s Labyrinth’, ‘Hellboy’, dan ‘Mimic’ ataupun seorang produser dalam film ‘Don’t Be Afraid of The Dark’, ‘Mama’, dan lain sebagainya. Bekerja sama dengan pihak Warner Bros dan Legendary Pictures, Guillermo del Toro mencoba menggambarkan pertarungan sengit antara monster buatan manusia dan monster buatan ‘mereka’.

Film pertempuran antar ‘monster’ ini dibuka dengan adegan kemunculan seekor Kaiju dari dasar Pasifik, yang mana langsung merusak kota dan kenyamanan di atasnya serta mendapat respon positif oleh serangan pihak angkatan udara.

Pacific Rim’ berjalan dalam alur yang cepat dan juga ringan. Jalan ceritanya tidak bertele-tele namun jelas ‘bagaimana’-nya. Film ini tidak sembarangan dalam menjalin cerita. Mereka benar-benar memikirkan bagaimana seorang pilot saja tidak cukup untuk menjalankan sebuah Jaeger–untuk itu dibutuhkan dua–, dari mana para Kaiju sebenarnya berasal dan mengapa baru sekarang mereka muncul. Semua diungkap jelas di dalam film.

Teknik pengambilan gambar dalam film ini beserta musiknya, benar-benar mendukung untuk sebuah pertempuran robot kelas atas yang terus saja berlangsung dari awal hingga akhir film. Banyak scene yang biasanya dilalui dengan tanpa musik­–terutama untuk film bergenre action–justru dibubuhkan musik. Hasilnya tidak berlebihan dengan meninggalkan kesan ‘terlalu’, melainkan bertambah ‘wah’ dengan scoring-scoring arahan Ramin Djawadi dan Tom Morello yang patut diacungi jempol.

Tak banyak film yang sempurna, termasuk ‘Pacific Rim’. Bagi penulis, salah satu kelemahan ‘Pacific Rim’ terletak pada pemilihan karakter yang dirasa kurang bijak. Hal ini bisa dilihat dari karakter Mako Mori yang diperankan oleh Rinko Kikuchi. Kepandaiannya dalam bertarung cukup membutakan Guillermo del Toro untuk memilihnya bermain dalam film ini. Padahal, tokoh Mako dalam film ini bisa dibilang menjadi salah satu pusat perhatian penonton namun pada akhirnya tidak menghasilkan banyak efek. Sangat disayangkan.

Humor yang dirasa gagal di beberapa scene–tampak begitu dipaksakan–juga merupakan keprihatian tersendiri. Selain itu, penggambaran Kaiju yang terkesan cukup ‘aneh’ ala Ultraman di awal-awal kemunculannya membuat film ini dipandang tidak sungguh-sungguh dalam menyuguhkan pertualangan action-fantasy ini.

Melihat bagaimana kondisi pertarungan di film ini beserta teknik pengambilan gambarnya, mungkin akan lebih menarik jika ‘Pacific Rim’ ditonton dalam format 3D.


---


Tags :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages