[Review] Rectoverso


-Malaikat Juga Tahu (Angel Knows)
Directed by Marcella Zalianty
Abang (Lukman Sardi) adalah penderita autis yang hidup bersama dengan Bunda (Dewi Irawan) yang membuka sebuah kost-kostan, sementara Leia (Prisia Nasution) adalah salah satu penghuni kost tersebut sekaligus satu-satunya yang mengerti Abang. Abang jatuh hati padanya, yang sayangnya itu tidaklah mungkin untuk mendapat lebih. Hans (Marcell Domits), adik Abang, pulang, dan dalam sekejap dekat dengan Leia dan menjalin hubungan. Sekarang Bunda harus melihat bagaimana Abang harus terluka.

-Firasat (Premonition)
Directed by Rachel Maryam
Firasat. Nama sebuah klub yang dipimpin oleh Panca (Dwi Sasono), dimana Senja (Asmirandah) dan anggota lainnya bisa saling bertukar pendapat, mempertanyakan apa yang mereka lihat sementara orang lain tidak–firasat. Senja cukup ‘bersahabat’ tentang firasat yang membawa kematian, yang sayangnya kemarin jatuh pada Bapak dan juga adiknya. Kini ia mendapat firasat serupa. Akankah ia Panca?

-Cicak di Dinding (Lizard on the Wall)
Directed by Cathy Sharon
Satu malam Taja (Yama Carlos) yang seorang pelukis, bertemu dengan seorang wanita yang sangat menarik perhatian, Saras (Sophia Latjuba). Malam itu mereka lewati tentang bercinta. Hari berikutnya, keduanya berjumpa lagi tanpa sengaja. Membuat mereka menjalin hubungan pertemanan sementara Taja semakin jatuh hati. Namun tiba-tiba Saras hilang, memberikan pesan padanya agar tidak pergi mencari. Enam tahun. Taja membuka pameran lukisan bersama orang terdekatnya (Tio Pakusadewo) yang ternyata sedang memiliki hubungan serius dengan Saras.

-Curhat Buat Sahabat (Stories for My Best Friend)
Directed by Olga Lidya
Amanda (Acha Septriasa) selalu menceritakan semuanya pada satu sahabatnya, Reggie (Indra Birowo), yang selalu hadir kapanpun dibutuhkan. Ia bercerita tentang kisah-kisahnya tentang pacar. Apakah itu baik, buruk. Satu ketika, Amanda jatuh sakit dan pacarnya tidak datang walaupun untuk sekadar memberikannya segelas air putih, melainkan Reggie-lah. Sesaat Amanda mulai menyadari bahwa orang yang selama ini ia cari, orang yang rela datang kapanpun di kala ia butuh, adalah sahabatnya sendiri.

-Hanya Isyarat (It’s Only a Sign)
Directed by Happy Salma
Lima orang berlatar belakang berbeda bertemu dalam sebuah perjalanan dan menjadikan mereka sekawanan yang tak bisa saling lepas. Satu-satunya pemilik kelamin perempuan dalam kelompok itu, Al (Amanda Soekasah) jatuh hati pada seorang diantara mereka, Raga (Hamish Daud). Suatu malam kelimanya membuat sebuah games tentang cerita paling menyedihkan dalam hidup mereka. Satu-persatu bercerita, termasuk Raga, yang dari malam itu Al tahu betapa ia takkan pernah memilikinya.

---

Rectoverso diangkat dari sebuah buku Dewi ‘Dee’ Lestari yang menawarkan sebelas cerita pendek–namun hanya diangkat lima–yang begitu megah dengan cara penuturan khas-nya, menjadikannya buku kedua Dee yang diangkat ke layar lebar menyusul Perahu Kertas yang sebelumnya disutradari oleh Hanung Bramantyo. Berbeda dari Perahu Kertas, Rectoverso disutradarai lima orang yang berbeda dan kesemuanya adalah perempuan; Marcella Zalianty, Rachel Maryam. Cathy Sharon, Olga Lidya, dan Happy Salma.

Melihat bahwa film ini terdiri dari lima cerita berbeda, sempat terlintas bahwa Rectoverso akan disajikan segmen per segmen, tapi ternyata tidak. Film ini diceritakan dengan menggabungkan kelima cerita dengan susunan acak, yang membuatnya terlihat lebih apik dengan satu benang merah–cinta yang tak terucap.

Walau Rectoverso ditangani oleh orang-orang yang lebih dikenal sebagai aktris, kualitas film ini tidak bisa diremehkan. Dijajaran pemain film ini menawarkan sederet bintang kelas atas. Ada Lukman Sardi, Prisia Nasution, Dewi Irawan, Acha Septriasa, Widyawati, dan masih banyak lagi. Membuat film ini tampak meyakinkan untuk menggerakkan kita untuk segera mengunjungi bioskop terdekat. Benar saja, seluruh pemain di film ini bermain maksimal dalam masing-masing segmen, yang bisa menyampaikan perasaan tokoh mereka pada penonton dengan baik–bahkan hanyut.

Selain itu, jalinan cerita Dee yang tidak seperti cerita percintaan biasa, membuat film ini mendapat nilai lebih. Ini bukan tentang cerita percintaan manis, yang akan berakhir pada sebuah happy ending, bahkan kau nantinya perlu rela tanganmu mengelap air mata yang tiba-tiba saja menetes. Ilustrasi musik yang notabene-nya juga berdasarkan pada ‘tulisan’ Dee, membuat film ini semakin hidup.

Dari segi cerita hampir tidak ada berbeda dari yang ditawarkan Dee di bukunya, masing-masing scriptwriter setiap segmen hanya menambahkan beberapa bagian mengingat bahwa dalam bukunya Dee banyak menuturkan keindahan lewat percakapan hati yang melibatkan perasaan yang mana itu bagus di bukunya namun tidak untuk filmnya. Untuk itu film ini mendapat beberapa bagian tambahan sebagai pengganti penggambaran Dee untuk memperkuat cerita.

Terakhir, Rectoverso adalah film wajib tonton–apalagi bagi mereka penggemar buku Dee dan mereka yang ingin tahu sisi lain dari hal yang disebut cinta.

Satu lagi film yang diangkat berdasarkan buku Dee akan beredar pada bulan Maret–Madre.

---


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages