Alhamdulillah, setelah ‘Secret Admirer’, kini giliran ‘Breathing for a Death’ untuk mencicipi
bagaimana rasanya dipaketkan bersama dengan berbagai cerpen lain dari
penulis-penulis Indonesia dalam sebuah antologi yang kali ini–kebetulan–berjudul
sama dengan cerpen penulis, ‘Breathing for a Death’ (BfaD).
BfaD merupakan antologi
cerpen bertemakan bencana alam, yang mana pada saat itu sedang lagi ‘musimnya’ terjadi, dan untuk mengekspresikan bagaimana ketakutan dan kepedihan yang
mungkin dirasakan oleh orang-orang yang terguncang dalam keganasan alam
tersebut, sebuah ujian kepenulisan di satu grup dunia maya–facebook–dengan tema
bencana alam pun dilakukan.
Seperti halnya cerpen-cerpen penulis lain dalam buku tersebut yang menarik–baik itu dengan
penggambaran mengerihkan yang detail, pemilihan diksi yang sangat baik, alur yang tak biasa–penulis sendiri memutuskan untuk memulai dengan menggambarkan
satu bencana yang jarang didengar–terutama di Indonesia. Cerpen penulis bukanlah
tentang banjir, longsor, gunung meletus, ataupun badai. Ini tentang sesuatu
yang tak biasa.
Dan sebagai langkah
lanjutan untuk penasaran, berikut kutipan dari cerpen ‘Breathing for a Death’ penulis :
“Nick lagi-lagi pergi sendiri, ia memutuskan
untuk tidak menuju Louis dan pria tua yang mungkin saja mati kelelahan
melainkan ke arah lain di perkampugan yang tertutup dinding-dinding bangunan
kayu sederhana. Aku melihatnya kembali berhenti dengan ketenangan yang sama dan
tanpa menunggu Dern ataupun Louis mendahului, segera kususul dia dan ...
astaga. Aku tak bergerak dan mengucap.”
Coming soon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar