[Review] Frankenweenie

Directed by Tim Burton

Victor Frankenstein adalah seorang anak muda yang tidak begitu dekat dengan lingkungannya, memiliki satu-satunya teman yang bukan manusia, Sparky, seekor anjing yang bersahabat. Suatu ketika Sparky tewas tertabrak mobil saat ingin menangkap bola bisbol yang turun ke jalanan. Victor merasa sangat kehilangan.

Sekolah mereka kedatangan guru baru, yang pada suatu titik menyempatkan diri untuk membahas mengenai rahasia listrik dan tubuh, bagaimana tubuh diibaratkan kawat yang bisa dialiri bahkan ketika tubuh itu telah mati. Victor melihat sendiri bagaimana katak percobaan mereka yang telah mati menegang kembali karena merespon listrik itu. Ia punya rencana tentang ini.

Sparky hidup kembali karena ‘kegilaan’ sains dan tuannya. Walau beberapa bagian tubuhnya tidak seutuh yang dulu, Victor tetap bersyukur tentang itu dan berusaha menjaga rahasia ini sendiri.

Edgar, teman sekolah Victor, melihat Sparky yang keluar dari rumah. Ia mengancam akan memberitahu orang-orang tentang dia yang telah membangkitkan yang sudah mati jika ia tidak memberitahukan rahasianya.

Victor tidak punya pilihan.

Mereka melakukan percobaan ulang pada seekor mayat ikan yang pada akhirnya–setelah dialiri petir–justru berubah menjadi seekor ikan tak terlihat. Keduanya saling bertanya-tanya tentang itu sampai kemudian gurunya mengatakan bahwa sains tidak hanya berkaitan dengan otak melainkan juga hati.

Sebelum Victor benar-benar mengerti apa yang mungkin saja terjadi, teman-temannya yang lain, yang tahu rahasia ini karena Edgar yang terlalu ‘bersemangat’, berusaha untuk membangkitkan sesuatu yang lebih besar demi memenangkan sebuah kontes sains sekolah.

---

Frankenweenie disutradarai oleh Tim Burton yang bekerja sama dengan Disney. Merupakan film animasi keluarga yang bercerita tentang ketidakrelaan seorang anak bernama Victor Frankenstein atas kepergian sahabat terbaiknya, Sparky, yang pada akhirnya membuatnya nekat melakukan sesuatu demi ‘memanggilnya’ kembali.

Tim Burton yang notabene-nya adalah penelur cerita Frankenweenie ini menawarkan sebuah plot ringan menyentuh yang cukup mudah dijamah anak-anak. Dengan menampilkan karakter-karakter yang ‘aneh’ ia berhasil menambahkan unsur gothic dan humor dalam waktu yang bersamaan. Bahkan demi meningkatkan gothic dalam filmnya ini, Tim Burton juga memformat Frankenweenie dalam hitam-putih. Sebagaimana identitas film ini sebagai sebuah film animasi keluarga, film ini banyak sekali menuangkan pesan moral bagi para penontonnya, baik yang secara langsung terucapkan dalam dialog ataupun yang berdiri-diri tersirat sepanjang film.

“You don’t have to be back. You’ll always be in my heart.”

Tapi bagaimanapun juga Frankenweenie bukanlah film keluarga semewah Alice in The Wonderland, kurang pas jika ditawarkan kepada mereka yang berharap pada pertualangan yang cukup berat. Selain itu film ini disajikan dalam format 3D yang sayangnya tidak berpengaruh apa-apa di sepanjang film. Kau hanya akan seperti menonton film berformat biasa dengan sebuah kacamata yang menempel di wajah.

Walaupun pada akhirnya film ini tidak ‘sekaya’ karya Tim Burton lainnya, namun Frankenweenie masih cukup layak untuk dinikmati di akhir pekan bersama keluarga.



Tags :  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages