Surat Untuk Dewi ‘Dee’ Lestari
Dee. Kaulah biangnya. Ibu. Aliran
sastra yang memiliki kendali sendiri yang menuntun para pembacanya ke sisi yang
tak terpikirkan.
Pertama kali aku disuguhi tentangmu,
aku menolak. Dee? Siapa itu? Artis lain –lagi- yang mencoba keberuntungan dalam
dunia sastra? Membosankan.
Jujur, cover adalah hal penting bagi orang sepertiku. Penentu. Kau bisa
memandangi kulit luar itu sambil telentang sebelum tidur, hingga terkadang
membuatmu tidak mengantuk lagi tapi justru ingin lanjut membaca. Dan sampul madre
–untungnya- masuk ke dalam nilai di atas rata – rata -dalam radarku. Oranye simple.
Madre dibedah.
Sebetulnya aku penikmat thriller dan
sejenisnya, tapi damn aku membacamu
dan ku terhanyut. Walau aku baru membaca salah satu dari karyamu tapi tampaknya
aku sudah mengerti mengapa mereka bicara begitu tentangmu, kau istimewa mbak Dee.
Mungkin aku tidak terlalu mengerti tentang apa yang mereka bicarakan mengenai ketulusan,
penulis yang dekat ke pembacanya, tapi percayalah aku merasakan sesuatu yang
beda dalam bukumu. Something that i can’t
describe with anything.
Sejak saat itu aku mulai mendengarkan
temanku yang semenjak dulu telah jatuh cinta pada ‘anak – anak’-mu. Aku mendengar
tentang tweet menggugah dan beberapa judul novel atas namamu. Menggiurkan.
Aku bertanya – tanya akan akar
inspirasimu, dari mana kau menemukan mereka, bagaimana kau merangkai segalanya
dalam kata – kata yang lezat untuk dinikmati. Aku iri padamu mbak Dee, walau jelas
– jelas kita berbeda genre dan beda tingkatan; berpengalaman dan tidak.
Di akhir aku berharap, semoga kita
bisa bertemu suatu saat nanti dan membahas tentang membuat buku bersama.
Salam hangat,
Dari : Aditya Prawira
Untuk : Mizan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar