Directed by Rizal Mantovani
Produser Cherrybelle (Farhan) merasa
kurang puas dengan video klip terbaru mereka yang menurutnya terlalu biasa dan
berinisiatif mendatangkan pelatih beraliran berbeda untuk mengubah image girlband-nya.
Andre Sentanu (Deva Mahenra) adalah yang
dipilih, berpengalaman dalam hip-hop
dan (kebetulan) tampan. Sebuah aturan manajemen menyebutkan bahwa tidak boleh
ada hubungan khusus antara anggota girlband
itu dengan pelatih. Tapi surat-cinta-entah-dari-siapa melakukan kesalahan.
Berpikir grup girlband itu tidak
serius dengan yang mereka kerjakan, Andre pun memutuskan keluar.
Sementara itu, Karen (Yuanita Kristiani)
kakak Angel –salah satu anggota Cherrybelle–mencari-cari masalah. Ia mengatakan
bahwa adiknya tidak berkembang bersama grup girlband-nya
yang justru kelihatan seperti kelompok sirkus. Dan tentu saja, Cherrybelle
tidak terima.
---
‘Crush’
merupakan film kedua girlband
Cherrybelle setelah ‘Love is U’
(Hanny R. Syahputra, 2012) yang kali ini digarap oleh Rizal Mantovani.
Bercerita mengenai kisah Cherrybelle setelah mengalami perubahan formasi grup,
film dibuka dengan penampakan Melbourne, Australia, dimana tiga orang cewek menyanyikan
sebuah lagu milik girlband tersebut. Diikuti
pengenalan satu per satu anggota Cherrybelle dengan narasi oleh Cherly (leader Cherrybelle) dan penggambaran
latar yang unik, ‘Crush’ siap membawa
nuansa yang sama sekali baru tentang Cherrybelle.
Dari segi cerita, ‘Crush’ menawarkan sesuatu yang cukup kompleks –sebenarnya. Mulai
dari mereka yang harus mencari pelatih pengganti Andre, menjawab tantangan
Karen serta teman-temannya di Melbourne, dan kepergian Anisa yang begitu
mendadak. Hanya saja untuk dua poin teratas (terkait masalah pelatih dan
tantangan Karen) bisa disatukan penyelesaiannya sehingga menghasilkan alur
sekali jalan yang ringan. Sementara entah mengapa poin ketiga dari masalah
tersebut (kepergian Anisa) tampak dibiarkan berlalu begitu saja. Kita bisa
membayangkan bagaimana seharusnya reaksi setiap anggota dan sang produser, yang
mana di dalam film ini digambarkan apa adanya –seakan hanya ingin terfokus pada
bagian tertentu dari film tersebut.
Para pemain dalam ‘Crush’ selain tentu delapan anggota Cherrybelle (Cherly, Angel, Ryn,
Steffy, Felly, Kezia, Christy) yang mulai bisa mengambil alih kemampuan mereka
dalam berakting, juga dibintangi oleh Deva Mahenra, Yuanita Kristiani, Indro-Warkop,
dan pemeran-pemeran pendukung lain yang notabene-nya masih jarang muncul di
layar lebar namun berhasil membantu berjalannya film ini dengan baik.
‘Crush’
merupakan sebuah film inspiratif yang tidak membosankan. Selain banyak hal-hal
yang bisa kita ambil dan jadikan pelajaran, film ini juga menawarkan humor yang
terselip di sana-sini yang menghibur di sepanjang perjalanan film –walau
satu-dua humor / tokoh terkesan dibuat-buat ada hingga terkadang terjadi miss. ‘Crush’ juga dibuat rapi dari visualisasi yang mulus sampai ke musik
latar yang beragam. Belum lagi penggunaan kartun animasi di satu-dua bagian dan
konsep Glenmore yang unik membuat film ini menjadi kian menarik.
Kendala yang dialami ‘Crush’ (dan kebanyakan film lainnya) adalah
masih adanya dialog yang tidak masuk akal dan kurang nyaman untuk dibawakan,
baik itu dari aktor / aktrisnya yang kurang pandai membawakan ataupun dari
naskahnya sendiri yang menuntut perkataan seperti itu; alur yang terasa ingin
cepat masuk ke dalam penyelesaian, yang mengakibatkan beberapa scene terasa melompat-lompat yang
terkadang membuat bingung karena kurang berkesinambungan dengan scene sebelumnya; juga masalah keluarnya
Anisa yang terselesaikan dengan cara yang begitu saja –akan lebih baik jika
bagian ini sama sekali tidak disinggung.
Bagi orang-orang yang akan menonton film
ini, terutama seorang pengamat yang mencari-cari lubang dalam ceritanya, jangan
terlalu cepat men-judge. Jawaban
untuk beberapa ‘kejanggalan’ dalam plot (misal: bagaimana ada tiga orang cewek
yang menyanyikan lagu Cherrybelle di awal film padahal beda benua) sudah
disediakan jawabannya di tengah atau bahkan akhir dari film.
Klimaks dari ‘Crush’ menyenangkan dan seru. Sebuah akhir yang menutup segalanya
dengan kepuasan, walaupun ending film
cukup disayangkan tidak diteruskan pada pertunjukkan pelajar Indonesia di
Australia yang sebelumnya telah disebut-sebut akan dilaksanakan–setidaknya
sedikit saja.
Catatan: Bagi Anda yang ingin menonton
film ini, sebaiknya tidak langsung keluar bioskop begitu credit title muncul, karena akan ada satu scene dimana sebuah pertanyaan yang menghantui sepanjang film ini terjawab.
---
Tags : crush, rizal mantovani, drama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar